Ada tiga sumber inspirasi dan interpretasi untuk Edisi VI 69 Performance Club: Las Meninas, Di Depan Kelambu Terbuka, dan Francis Bacon. Tiga inspirasi ini dapat menjadi dasar dalam melihat ‘lukisan’ dengan sejarah sosial dan ruang individu/subjektif di dalamnya. Sejarah sosial itulah menjadi celah untuk para performer untuk membongkar sebagai sesuatu yang baru. Hal-hal yang berkaitan dengan sejarah sosial tentu akan rumit, karena ia membutuhkan kesadaran pada referensi kebenaran sosial di dalamnya. Hal ini dapat dipermudah dengan melihat ruang subjektif yang selalu melekat pada lukisan-lukisan moderen hingga sekarang. Ruang subjektif, adalah ruang multi tafsir yang bebas. Dalam edisi kali ini performer diundang untuk membedah ruang-ruang subjektif tersebut, melalui bentuk/estetika yg ditawarkan tiga rujukan di atas. Namun, kompleksitas penampilan para performer dalam edisi ini sangat penting, karena harus menyelaraskan antara estetika dan logika sejarah sosial dalam konteks kekinian.
___
Three sources of inspiration and interpretation for the Sixth Edition of 69 Performance Club: ‘Las Meninas’ by Diego Velazquez, ‘Di Depan Kelambu Terbuka’ by S. Sudjojono, and the paintings of Francis Bacon. These three inspirations are the foundation in looking at ‘the paintings’ with social history and individual space in it. Social history thus can be an interstice for the performers to break them down as something new. Matter related to social history is complicated, it requires awareness on the reference of social truth in it. It can be eased by looking at the subjective space that is always attached in modern paintings until now. Subjective space is an independent multi interpretation space. In this edition, performers are invited to dissect such subjective spaces through form/aesthetic proposed by the aforementioned references. However, the complexity embodied by the performers in this issue is very important, as it has to align between aesthetic and logic behind social history in contemporaneity context.