In Review

SEBAGAI SEORANG SENIMAN PERFORMANS, Ragil Dwi Putra mengawali proses artistiknya dengan karya berjudul Self Potrait, yang tentu saja, akan mengingatkan kita pada praktik artistik di mana seniman berupaya merepresentasikan dirinya dalam wacana kesenian. Pada karya Self Portrait (2016) yang berlangsung di Forum Lenteng, ia berkontak dengan penonton dengan menggunakan cermin. Dari sisi penonton terlihat bahwa tubuh Ragil yang tadinya berupa tiga dimensi, berpindah ke cermin yang adalah dua dimensi. Dengan banyak cermin berukuran kecil, Ragil membagi tubuhnya menjadi beberapa “pecahan”. Cermin yang ukuran kecil memungkinkan Ragil untuk melakukan pembesaran (zoom in) pada tubuhnya. Penonton sendiri juga harus memutuskan posisi yang tepat untuk melihat, terlebih bagian mana yang ingin penonton lihat.

Self Potrait, 2016, Ragil Dwi Putra. (Foto: Forum Lenteng)

Kemudian, pada karyanya yang berjudul Pace Maker (2016, ruangrupa), Ragil berusaha membuat komposisi dari objek-objek yang ia pilih: batu bata, tangga, dan benang wool, untuk menjadi garis yang baru. Kemudian ia membawa cermin, mendekatkannya kepada objek-objek tersebut, dan kemudian membuat bidang baru. Penonton, yang ada di hadapan Ragil, tak terhindarkan masuk ke dalam cermin. Penonton bersama-sama dengan objek-objek bergerak tergantung ke mana tubuh Ragil bergerak membawa cermin. Mereka seakan menjadi gambar bergerak.

Apabila pada karya Self Portrait ia menampilkan tubuhnya dalam cermin, pada karya Pace Maker ia menampilkan tubuh penonton bersamaan dengan objek-objek yang ia pakai saat performance. Tubuh Ragil seakan menghilang dari “layar utama”, bergeser ke belakang menjadi tubuh penghasil gambar bergerak. Ia merupakan kebalikan dari perkembangan teknologi sinema, di mana tubuh-tubuh penghasil gambar bergerak bergeser menghilang, dan secara simultan tubuh-tubuh muncul di hadapan kamera dan menjadi subjeknya.

Kemudian, pada karya Rectangle Inside Rectangle (2016, Forum Lenteng), Ragil bermain dengan konsep “bingkai di dalam bingkai”. Ia berangkat dari karya Diego Velázquez yang berjudul Las Meninas, yang dilihat Ragil sebagai lukisan yang menggunakan berbagai macam cermin, baik cermin secara fisik yang ada di dalam lukisan maupun mata si pelukis yang melihat dengan logika cermin. Untuk itu, dalam performans ini, Ragil memakai cermin dengan bentuk persegi panjang yang ditahan oleh tubuhnya.

Pada Transfer Image (2017, Gudang Sarinah Ekosistem), ia menguasai ruang tempat performans-nya dengan cara memantulkan cahaya lampu ke cermin dan memproyeksikan cahanya ke seluruh ruangan secara diagonal. Ia bergerak perlahan mendekat ke titik sumber cahaya, dan ketika sampai ke titik sumber cahaya, cahaya berbentuk persegi panjang (seperti bentuk cermin) dilempar ke berbagai sisi. Di sini, ia kembali menjadi tubuh penghasil gambar. Dan, dalam Transfer Image, ia tidak hanya sebagai tubuh penghasil gambar, tapi juga tubuh sebagai pemroyeksi cahaya.

Transfer Image, 2017, Ragil Dwi Putra (Foto: Forum Lenteng)

Di sini, Ragil mempunyai fokus isu yang dapat dibandingkan dengan karya-karya Abi Rama yang selalu menggunakan kamera foto atau video. Tentunya teknologi rekam yang digunakan oleh Abi mempunyai polemik yang berbeda dengan cermin, yang adalah teknologi merefleksi dan menduplikasi versi analog. Dalam cermin, bayangan terbentuk karena perpotongan maya sinar cahaya di “belakang” cermin. Sementara pada video, bayangan nyata terbentuk karena pantulan sinar proyektor ke layar/dinding. Secara materi, cermin merepresentasikan dunia kita secara terbalik dan tanpa tundaan waktu (delay), sementara pada video, representasi terjadi tidak dengan terbalik, dan juga ada banyak distorsi yang terjadi, seperti tundaan waktu dan noise pada gambar dan bunyi. Akan tetapi, bukan berarti tidak ada distorsi pada cermin. Representasi yang terbalik saja sudah cukup untuk membuat tampilan tubuh Ragil terdistorsi dari kanan ke kiri, dan sebaliknya dari kiri ke kanan.

Ide akan representasi cermin dan video tersebut dikembangkan lagi oleh Ragil pada karyanya yang berjudul Menjadi Beberapa Bagian (2016, Gudang Sarinah Ekosistem). Pada karya ini, ia menggunakan sebuah cermin, dua buah kamera video, sebuah proyektor, dan dua buah layar besar yang terletak berdampingan membentuk sudut 150 derajat. Kamera pertama diarahkan ke tubuhnya yang diproyeksikan ke layar besar di bagian kiri. Kamera merekam sambal ia memegang palu, bergestur seakan ingin memukul kepalanya dengan palu. Kemudian ia berpindah, dan merefleksikan dirinya pada cermin yang diletakkan di lantai dan disorot oleh kamera kedua. Sorotan ini diproyeksikan ke layar besar di bagian kanan. Dengan palu di tangan, Ragil memecah cermin di lantai menjadi beberapa bagian. Representasi dirinya di cermin pun terpecah menjadi beberapa bagian.

Dari seluruh karya seni performans-nya, Ragil tidak hanya membuat peristiwa, tapi juga menciptakan imaji. Penciptaan imaji ini adalah suatu usaha yang membuat karya seni performans dapat berumur panjang, mengingat sifat visual yang punya kemampuan untuk melekatkan pesan kepada publik terkait dengan referensi visual masing-masing individu. Terlebih, cermin yang ia pakai berlaku sebagai cermin yang merefleksi dan menduplikasi, dan di saat bersamaan cermin sebagai frame yang membingkai sebuah dunia dan membuat dunianya yang baru. Di sini ia membuat lapisan-lapisan kenyataan dengan pertarungannya antara gambar dalam frame dengan tubuhnya yang organik yang berada di luar frame.

Kerja penciptaan imaji ini dapat kita bedah menjadi tiga bagian: presentasi tubuh yang ada di hadapan penonton secara langsung; representasi tubuh yang berada di dalam bingkai cermin; dan representasi tubuh yang disorot kamera, yang masuk ke dalam bingkai layar.

Tubuh yang berada di hadapan penonton secara langsung ini adalah tubuh yang hadir secara fisik, yang seluruh pengalaman kebertubuhannya dalam suatu ruang dan waktu juga dialami oleh penonton dalam ruang dan waktu yang sama. Penonton melihatnya secara utuh di dalam ruangan. Di sini karena tubuh tidak termediasi, bukan berarti tidak ada “frame” yang membingkainya. Dengan memperhatikan komposisi tubuh dan objek di dalam ruang dan waktu, Ragil juga menciptakan imaji di dalam “frame” yang ia ciptakan sendiri.

Menjadi Beberapa Bagian, 2016, Ragil Dwi Putra (Foto: Forum Lenteng)

Tubuh yang berada di dalam bingkai cermin dan yang ada di layar proyeksi video adalah tubuh-tubuh yang termediasi. Yang membuat mereka berbeda dalam performans Ragil adalah cermin yang dipakai Ragil memungkinkan Ragil untuk mempunyai kuasa untuk mengatur perspektif penonton, mengingat cermin dapat mengubah persepsi seluruh ruangan. Namun demikian, di sisi lain, cermin juga dapat membebaskan penonton untuk memilih perspektifnya sendiri, memilih bagian mana dari pantulan cermin yang ingin mereka lihat. Memang, dalam hampir seluruh performans Ragil, penonton dapat bebas berpindah tempat, tidak dipenjara dalam satu sudut pandang. Sementara, dalam konsep tubuh yang tertangkap di dalam kamera, Ragil mempunyai kuasa penuh atas apa yang penonton lihat. Ia mendireksi arah tembak kamera dan ia meletakkan dirinya sendiri di depan kamera sehingga apa yang ada pada layar, itu semua adalah apa yang Ragil kehendaki. Dengan cermin, Ragil dapat bermain-main dengan ruang dan persepsi secara langsung di tempat itu dan di saat itu juga, namun dengan kamera, Ragil bermain memotong-motong tubuh dengan kekuatan frame, apakah itu medium shot, close-up shot, kemudian panning dan tilting. Dengan kamera pula ia tidak lagi membicarakan gerakan tubuhnya, melainkan gerakan kameranya.

Dengan tubuhnya yang hadir secara fisik di hadapan penonton, Ragil mengonstruksi suatu peristiwa. Lalu, dengan menghadirkan tubuh di dalam cermin, dan juga menghadirkan tubuh yang disorot kamera yang terproyeksi di layar secara bersamaan, ia membuat suatu susunan yang baru, dan oleh karena itu ia membuat konstruksi baru. Dengan demikian, dengan menggabungkan keseluruhan layer dalam suatu performans, Ragil memunculkan kenyataan-kenyataan baru.

Recommended Posts

Leave a Comment

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Start typing and press Enter to search